[catatan Mama Rina]
Beberapa waktu lalu ada kehebohan terkait ASI dan SUFOR (Susu Formula), masalah klasik pemicu mom war. Isu yang sebenarnya tak perlu menjadi perang pendapat dan membuat salah satu pihak geram, jika masalah ini di tuliskan dengan kesadaran untuk saling support, saling menguatkan dan berbagi tips bukan menghakimi.
Tidak perlu membuat tulisan yang
membuat semua pembaca senang tapi tulisan harus memiliki sikap empati dan
toleransi jika mengenai dua pendapat yang bersebrangan,menurut saya. Bisa di
bayangkan jika tulisan tidak memiliki sikap empati dan toleransi, semua hal
berbeda bisa memicu.
Bicara tentang perbedaan saya
jadi teringat persahabatan saya dengan Murtiyarini. Banyak kesamaan antara kami
tapi juga banyak bedanya. Seperti beberapa plihan yang harus yang kami ambil
sebagai seorang ibu.
Karena masalah ASI membuat depresi (anak pertama) saya memilih mencampur dengan sufor (pilihan
yang sangat tidak mudah). Sebaliknya Arin walaupun ASI nya tidak deras, sikap tenang dan
rileks membuatnya sukses memberi anak-anaknya ASI hingga usia di atas dua
tahun.
Sebagai ibu yang sama-sama
bekerja (dulu saya masih kerja kantoran), saya memilih art untuk mengurus
anak-anak, Arin memilih day care. Saya menerapkan disiplin kaku pada anak-anak,
Arin tipikal ibu yang santai.
Perbedaan yang tidak membuat
merasa paling benar dan sempurna. Sebaliknya kami sama-sama greget dengan status
ibu-ibu di media sosial yang suka nyinyir soal perbedaan pilihan ini itu.
Perbedaan yang malah membuat kami
memiliki banyak bahan obrolan saat bertemu dan saling support dengan masalah yang kami hadapi terkait pengasuhan. Sampai
akhirnya muncul ide membukukan perbedaan kami.
Kadang kita perlu sejenak menutup mata
terhadap deretan angka statistik hasil penelitian ini itu, sekedar untuk mensyukuri
hidup dan percaya diri dengan pilihan kita. Ada hal yang tidak bisa diukur
dengan angka statistik yaitu doa seorang Ibu untuk anaknya.
1 komentar:
Setuju banget Mama Rina....
Pelukkk.....:-)
Posting Komentar